New York, SPNA – Untuk pertama kalinya, 13 negara mengubah posisi lama mereka dan memberikan suara menentang langkah pro-Palestina di PBB pada hari Selasa (03/12/2019).
Jerman, Republik Ceko, Austria, Bulgaria, Denmark, Estonia, Yunani, Lithuania, Belanda, Rumania, Slovakia, Brasil dan Kolombia memberikan suara menentang resolusi tahunan mengenai “Divisi untuk Hak Sekretariat Palestina”, menurut Times of Israel.
Sebelumnya, negara-negara tersebut abstain dalam pemungutan suara.
Resolusi tersebut, yang mencakup seruan untuk menghentikan permukiman ilegal Israel yang sedang dibangun di Tepi Barat yang diduduki, masih disahkan dengan suara mayoritas yang mendukung.
Perwakilan Palestina mengatakan kepada dewan, “Jika Anda melindungi Israel, maka hal itu akan menghancurkan Anda semua.” Ia juga mengatakan bahwa karakter Israel sebagai negara Yahudi adalah “rasisme tak tahu malu.”
Divisi Hak Palestina yang bermarkas di New York mengawasi Komite Pelaksanaan Hak-Hak Yang Tidak Dapat Diabaikan dari Rakyat Palestina.
Resolusi itu disponsori bersama oleh Komoro, Kuba, Indonesia, Yordania, Kuwait, Republik Demokratik Rakyat Laos, Qatar, Arab Saudi, Senegal, Uni Emirat Arab dan Yaman.
Sementara itu Inggris, Prancis dan Spanyol abstain, seperti yang mereka lakukan setiap tahun, yang memungkinkan resolusi untuk lulus dengan suara 87-54, dengan 21 negara lainnya abstain.
Majelis Umum mengadopsi lima resolusi pada masalah Palestina dan Timur Tengah, termasuk satu yang menyerukan Negara-negara Anggota untuk tidak mengakui perubahan apa pun pada perbatasan pra-1967, termasuk yang berkaitan dengan Yerusalem, selain yang disepakati oleh para pihak melalui negosiasi.
Sebuah resolusi yang mencakup seruan untuk menghentikan permukiman Israel yang sedang dibangun di Tepi Barat yang diduduki, disahkan dengan suara mayoritas mendukung agar terus mendukung perjuangan Palestina dan menemukan “Penyelesaian Damai Masalah Palestina.”
Resolusi lainnya memilih untuk menuntut agar Israel menarik diri dari Dataran Tinggi Golan dan memberikan informasi tentang “masalah Palestina”.
(T.RA/S: MEMO)
